3 Hal Penting Yang Perlu Kamu Ketahui Tentang Sanitasi Aman



Hai teman- teman!

Kali ini aku mau sharing hal yang sangat bermanfaat untuk kalian semua. Yang aku juga cukup yakin, kalau belum semua orang mengetahui dan memahami tentang topik ini. Topik yang aku maksud adalah mengenai Sanitasi Aman.

Apa sih yang muncul di pikiran kalian, kalau mendengar kata Sanitasi Aman?. Kalau aku, waktu diajak ikut acara ini jujur aku mikirnya "Oh, mau bahas air bersih nih. Berkaitan sama kebersihan dan pembuangan nih pasti." Aku sama sekali nggak berpikir kalau yang akan dibahas di acara kumpul blogger dan vlogger bersama USAID IUWASH PLUS dan PD PAL JAYA ini adalah mengenai kebiasaan buang air besar dan juga mengenai pembuangan akhirnya. Makanya, aku seneng banget waktu aku hadir di acara ini bersama dengan teman- teman dari Bloggercrony community di Comic Cafe Tebet, tanggal 19 November 2019, yang bertepatan dengan hari toilet sedunia. Karena bener- bener bermanfaat sekali buat aku, karena aku memang tidak familiar dengan permasalahan ini. 

Apalagi, yang menjadi pembicara juga adalah pakar di bidang masing- masing. Antara lain ada Ibu Ika Fransisca dari USAID IUWASH PLUS di bagian Advisor bidang Pemasaran dan Perubahan Perilaku, Bapak Dr. Subekti, SE, MM selaku Direktur utama PD PAL JAYA, dan Ibu Zaidah Umami dari Puskesmas Kecamatan Tebet, mewakili bidang kesehatan lingkungan. Dan tentunya acara ini dimoderasi oleh Ibu Lina Damayanti dari USAID IUWASH PLUS, dari divisi Advokasi dan Komunikasi. Seperti tema acara ini, talkshow kumpul blogger dan vlogger yang diadakan tentunya membahas tentang betapa pentingnya sanitasi. Dan bagaimana agar kita dapat menjadi masyarakat yang bisa membantu untuk memperbaiki keadaan ini.


Belum tentu, semua rumah memiliki septictank

Acara ini dibuka oleh moderator, dan dimulai dari sharing pengalaman oleh Ibu Ika Fransisca dari USAID IUWASH PLUS di bagian Advisor bidang Pemasaran dan Perubahan Perilaku. Beliau menyampaikan bahwa kota besar, bukanlah jaminan bahwa sanitasi sudah aman dan juga perilaku masyarakat sudah benar dalam hal buang air besar. Karena kenyataannya, masih banyak sekali masyarakat kota besar yang buang air besar sembarangan dan juga tidak perduli kemana tempat pembuangan akhirnya berujung, dan banyak juga ditemukan plastik yang berisi tinja, yang kemudian menjadi konsumsi hewan ternak. Atau bahkan lebih parah lagi, ada banyak sekali pemukiman di kota besar yang tidak memiliki septictank.

Waktu mendengar kalimat "banyak hunian yang tidak memiliki septictank, terutama di kota besar" tentu saja aku sangat kaget. Soalnya, coba deh bayangin, kok bisa ada toilet tapi nggak ada septictank, lalu tinja nya dibuang kemana dong?. Apalagi kalau di pemukiman padat penduduk yang banyak kost-an, padat bangunan. Sebagai mantan anak kost yang udah pernah nyobain berbagai jenis kost-an dari mulai yang di gang sempit sampai yang di perumahan, tentu saja aku jadi bertanya- tanya sendiri karena selama ini memang nggak kepikiran. Dan mengenai hal ini, aku mendapat jawaban dari pertanyaanku sebelumnya, pada saat Bapak Dr. Subekti, SE, MM selaku Direktur utama PD PAL JAYA memberikan pemaparan beliau.

Tidak semua area memiliki tempat pengolahan limbah BAB

Di awal pemaparan, beliau sempat bertanya kepada kami, apakah ada yang domisilinya di Tangerang. Sebagai warga Tangerang selama 3 tahun terakhir, tentu saja aku langsung tunjuk tangan. Kemudian ditanya lagi, "tau nggak kalau di Tangerang nggak ada tempat pengolahan tinja, karena pengolahan tinja sejauh ini hanya ada di Pulo Gebang dan di Duri Kosambi?. Aku semakin kaget. Berarti selama ini kalau buang air besar, kemungkinan ya be"rakhir di sungai / kali dong. Alamak.. pantes aja kali, sungai di Jakarta dan Tangerang baunya udah nggak karuan.

Melanjutkan pembicaraan, Pak Subekti kembali menjelaskan bahwa jarak aman antara Sumur dan Septictank adalah 10 meter. Karena, didalam tinja mengandung bakteri e-coli yang memiliki masa hidup 3 hari. Sehingga agar tidak meresap kedalam air tanah, ditetapkan jarak 10 meter sebagai jarak aman. Lalu aku bengong lagi, karena aku tau banget Lahan di kota besar kan mulai terbatas, jadi apa bisa ya kalau dibuat jarak 10 meter?.  Sungguh aku jadi mumet sendiri. Tapi nggak apa- apa karena aku yang tidak tau, sekarang jadi tau kalau hal seperti ini seharusnya mulai digalakkan dan tidak dianggap sebagai hal yang Tabu ataupun Jorok untuk dibahas.

Kemudian, Pak Subekti juga mengingatkan kami kembali, agar tidak lupa menguras septictank setiap 3 tahun sekali. Dan perlu diperhatikan agar tidak menguras sampai kering. Karena untuk membentuk bakteri dari kotoran, dibutuhkan waktu 3 bulan. Sehingga jika dikuras sampai habis, tangki akan mudah penuh kembali. Kemudian, untuk membuat septictank yang baik, jangan lupa untuk memastikan bahwa septictank memiliki ventilasi, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti septictank meledak karena menumpuknya gas metan yang terkandung didalam limbah tinja.

Sebagai penutup, Pak Subekti juga menyampaikan kalau sejauh ini dari pemerintah pusat maupun PD PAL JAYA sedang menggalakkan pembangunan pipa untuk menyalurkan limbah bab / tinja, agar bisa diolah kembali akan tetapi butuh waktu yang cukup lama yaitu 6-7 tahun.

Sanitasi yang tidak aman akan berpengaruh pada Stunting dan Kesehatan

Setelah Pak Subekti dari PD PAL JAYA selesai memberikan pemaparan, kemudian giliran Ibu Zaidah Umami dari Puskesmas Kecamatan Tebet, mewakili bidang kesehatan lingkungan. Beliau memaparkan bahwa sanitasi yang tidak aman dan kurangngnya hygiene sangat berpengaruh pada tumbuh kembang,  (stunting) kecerdasan dan kesehatan anak. Terutama penduduk yang terpapar limbah secara langsung, maupun yang belum merubah kebiasaan Buang air besar sembarangan atau BABS. Simple logicnya kurang lebih :

1. Anak terpapar limbah
2. Anak terkena Diare/ penyakit lain yang diakibatkan lingkungan yang tidak higienis dan juga limbah
3. Nutrisi anak terbuang dan tidak terserap sempurna, sehingga menyebabkan kurangnya tingkat kecerdasan dan juga stunting atau terhambat pertumbuhan nya. Maka dari itu, Ibu Zaidah Umami meminta agar kita semua merubah kebiasaan yang tidak baik, dimulai dari cuci tangan sebelum melakukan kegiatan sehari- hari dan juga tentunya, tidak melakukan BABS.

Selesai pemaparan dari 3 narasumber, kami lalu diajak untuk melakukan kunjungan ke RW 010 kelurahan Tebet. Dimana area ini merupakan area percontohan yang sudah mulai secara giat melakukan praktek sanitasi aman, dan memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Komunal .

IPAL Komunal adalah instalasi pengolahan limbah domestik di pemukiman padat penduduk dan rawan sanitasi. IPAL Komunal ini telah dimanfaatkan oleh 100 kepala keluarga di RT 08 RW 10 yang sebelumnya membuang limbahnya di sepanjang sungai Tebet Timur.




Disini, kami diberikan kesempatan berbincang dengan Bapak Santo selaku ketua RT 08/ RW 010 dan juga dengan Ibu Wiwi, mengenai IPAL Komunal dan juga upaya yang mereka lakukan untuk merubah perilaku masyarakat sekitar.


Kemudian, kami juga diajak berkunjung ke rumah salah satu penduduk yaitu rumah Bapak Santo yang merupakan salah satu penduduk yang berinisiatif untuk membuat septictank sendiri, karena beliau memiliki kesadaran bahwa jika perilaku yang tidak baik dibiarkan, akan memberikan pengaruh buruk yang signifikan untuk generasi yang akan datang.



Kemudian, kami juga diajak untuk melihat septic tank individu, dan juga penyedotan air limbah domestik dan lumpur tinja yang dilakukan secara rutin dan berkala.

Sekian dulu tulisanku kali ini, jika ada teman- teman yang ingin berdiskusi mengenai masalah ini, tentu saja kita bisa berbalas komentar di blog ku. Dan terima kasih banyak untuk Bloggercrony Community, USAID IUWASH PLUS, dan juga PD PAL JAYA yang sudah memberikan kesempatan untuk hadir di acara ini. Karena dengan hadir disini aku jadi tau banyak hal mengenai Sanitasi Aman!


See you on my next post!

Comments

Popular Posts