Cerita Pengalaman Kehamilan Pertama dan Persiapan Melahirkan Anak Pertama
Seperti judul tulisanku, aku ingin sharing tentang
pengalaman kehamilan pertamaku nih. Yes, finally, setelah menikah selama 3,5
tahun aku diberikan kepercayaan untuk hamil anak pertama. Dan saat ini,
kandunganku sudah menuju usia 20 weeks atau kurang lebih lima bulan. Aku
sendiri sejak dulu punya cita- cita menikah di usia 25 tahun dan punya anak di
usia 29/30 tahun, yang mana di doaku alhamdulillah dikabulkan. Dan dibalik
pengalaman kehamilan pertama yang sangat membahagiakan hati ini, ada beberapa
hal yang ingin aku ceritakan dan bagikan. Mungkin saja bisa jadi pembelajaran
untuk teman- teman semua. Nulisnya agak susah nih, karena ini ceritanya
personal banget jadi maaf ya kalau misalnya agak muter- muter.
Sebelum akhirnya hamil, banyak sekali yang mempertanyakan
kenapa aku belum dikaruniai keturunan. Dimana pertanyaan- pertanyaan seperti
itu datang dari orang- orang yang cukup dekat atau dari lingkungan keluarga.
Biasanya, pertanyaan itu dilontarkan 1 kali dalam 1 tahun yaitu saat hari raya,
atau ya saat setelah sekian lama nggak ketemu. Tapi ada juga beberapa orang
yang rutin menanyakan hal ini, dan berujung aku jauhi bahkan putus kontak sama
sekali, kemudian aku berteman dengan circle baru. Bukannya apa- apa sih, tapi
kalau ditanya begini kan, aku juga nggak punya jawabannya karena hanya Tuhan
yang tau hahahaha. Dan aku lebih memilih menghindari orang- orang seperti ini,
karena kalaupun aku berikan jawaban dari versi aku, pasti ada aja deh
bantahannya. Karena menurut mereka alasan aku nggak make sense sama sekali. Apakah
ada desakan dari mertua? tentu. Bahkan nggak jarang mertua mengeluh didepan teman-
temannya yang sudah lebih dulu punya anak, dengan bilang "padahal anak
saya nikah duluan, tapi kok kalian yang duluan punya anak". Sejujurnya aku
cuma bisa rolling eyes aja sih tiap denger kalimat ini hahahaha. Respon aku ya
simpel aja, aku cuma bilang, aku baru akan hamil kalau udah berhenti ditagih
kapan ngasih cucu-- dan ini memang terjadi.
Jadi, jawaban kenapa aku baru dikaruniai anak setelah
menikah beberapa tahun, selain masalah kesehatan (kelainan hormon, kurang
subur-- akibat dari gaya hidup yang berakibat pada obesitas), alasan lainnya
adalah karena aku pribadi nggak pernah berusaha banget juga untuk cepat hamil
di 3 tahun awal pernikahan. Karena belum
siap dan belum mau. Sayangnya kalau aku jawab seperti ini, pasti akan ada
bantahan seperti : anak adalah rejeki dari yang maha kuasa dan tidak boleh
ditolak-- padahal walaupun aku mau punya anak, tapi masalah siap dan tidak siap
itukan, tidak bisa dipaksakan (sama
halnya dengan keputusan orang lain yang saat menikah, memilih untuk tidak
memiliki anak). Aku sendiri sejak dulu punya cita- cita menikah di usia 25
tahun dan punya anak di usia 29/30 tahun, yang mana di doaku alhamdulillah dikabulkan.
Dalam rentang waktu setahun pertama nggak hamil, ya aku
cuek- cuek aja. Tahun kedua, masih cuek, tapi udah mulai cek ke dokter
kandungan dan dokter gizi. Ke dokter kandungan sebenarnya hanya cek general.
Secara keseluruhan rahim aku terbilang sehat, sel telur dan lainnya juga. Cuma
memang haid aku bermasalah. Jadwal haid tidak jelas, jadi tidak bisa menentukan
masa subur. Setelah itu aku juga cek ke dokter gizi dan disitu diberi tahu
kalau aku kemungkinan mengalami PCOS atau secara singkatnya ada kelainan hormon
(kalau mau tahu lebih jelas bisa google ya), yang mengakibatkan obesitas dan kurang
subur. Dari beberapa gejala PCOS yang timbul, ada 2 yang aku alami, yaitu
Obesitas dan susah menurunkan berat badan dan timbul jerawat di sekujur badan,
bahkan di tahun kedua menikah, wajahku juga sangat berjerawat tapi aku tidak
aware kalau ini penyebabnya PCOS.
Apa setelah itu aku terapi untuk segera hamil? jawabannya
tidak. Aku justru adopsi dua ekor kucing yang aku pelihara sampai sekarang.
Nggak ke dokter gizi lagi, nggak ke obgyn lagi. Jadi ya pasrah aja sambil
berusaha memperbaiki gaya hidup walaupun nggak suskses juga karena aku doyan
makan dan masih suka main sampai malam. Selain karena saat itu aku juga sambil
kuliah S2, dan masih bekerja kantoran full time, dan dari segi biaya untuk terapi juga nggak murah. Makanya aku lebih memilih
pasrah aja selain faktor belum siap tadi.
Nah di tahun kedua, mulai deh aku
berpikir untuk mau punya anak. Sebetulnya faktor pendorongnya adalah faktor
usia. Waktu itu usiaku 28 tahun, dan disitu aku mulai kepikiran untuk mulai
merencanakan kehamilan dengan cara bayi tabung atau inseminasi. Soalnya aku
berpikir kayanya agak impossible untuk hamil secara natural dengan kondisi
tubuh seperti sekarang. Ditambah lagi, tahun 2018 akhir adik aku 1-1 nya juga
meninggal (papaku meninggal 2014), dari peristiwa ini sebetulnya aku jadi
semakin punya keinginan untuk punya anak, karena aku merasa sendirian setelah
jadi anak tunggal, walaupun masih punya ibu kandung, punya suami dan 2 ekor
kucing. Dari sini mulailah aku dan suamiku cari- cari info soal promil, biaya
promil terjangkau dan semakin serius buat memperbaiki gaya hidup. Lalu, di
akhir 2019 atau tahun ketiga menikah, ada suatu kejadian yang memaksa aku harus
resign dari kantor tempat bekerja terakhir. Dan bertepatan juga dengan aku
mengerjakan tesis S2-ku. Dengan memiliki banyak waktu dirumah, aku akhirnya
memutuskan untuk hidup lebih sehat, sambil menjalani kehidupan sebagai full
time blogger. Pokoknya benar- benar berbeda dibanding 3 tahun awal aku menikah.
Sampai akhirnya di bulan Januari 2020, suatu hari aku merasa
badanku nggak enak, sakit sebadan- badan. Aku mikirnya "ah ini sih mau
PMS". Cuma sejujurnya kalopun mau PMS biasanya nggak se-parah ini. Di saat
kondisi tubuh kaya gini, aku juga udah punya janji untuk staycation 2x
berturut- turut dengan teman dan dengan salah satu brand hotel, setelah itu aku
juga harus hadir ke 2 event yang berlangsung hingga malam, yang aku nggak bisa
batalkan. Alhasil setelah aku menjalani semua aktifitas yang aku sebutkan tadi,
tubuhku mendadak drop. Kalau biasanya tidur seharian aja cukup, sekarang setiap
habis datang event dan lainnya aku pasti demam dan terkapar 2 hari ditambah
dengan mual dari sore sampai tengah malam. Untungnya, suamiku berhasil memaksa
aku untuk test pack. Karena memang sudah telat haid 3 minggu. Sebetulnya aku
masih mau nunggu untuk test pack kalau udah nggak haid dua bulan, soalnya
pernah nggak haid sebulan eh nggak lama ya haid juga nggak hamil. Tapi
berhubung udah dipaksa yaudah deh, aku tes aja. dan hasilnya positif :
Reaksiku gimana? aku
nggak nangis. Malah bingung. Kaget. Kayanya lebih banyak kagetnya daripada
terharunya. Mungkin 90% kagetnya. Soalnya sebelum akhirnya test pack itu,
mamaku udah bilang beberapa kali kayanya aku hamil. Karena ya kemungkinannya
ada 2, hamil atau hormon bertingkah lagi. Aku tadinya lebih condong ke
kemungkinan kedua karena udah pernah mengalami telat haid tapi nggak hamil.
Jadi waktu hasilnya positif aku masih nggak yakin sebelum akhirnya USG di
dokter, dan ketahuan kalo usia kehamilannya sudah 6 weeks :
Setelah USG di dokter
obgyn pertama, aku masih berusaha cari second opinion karena IMHO, dokternya
kurang interaktif. Dan akhirnya USG lagi ke dokter obgyn yang kedua dan
berlanjut sampai sekarang.
Ini masih usia kehamilan 6 week, USG kedua
kalinya.
USG kehamilan 9 week
Dan yang terakhir kali aku kontrol di USG Kehamilan 13
weeks.
Kalau ditanya gimana perasaannya karena akhirnya hamil,
jelas bahagia dong. Ada sih beberapa orang yang skeptis tentang kesiapan aku
jadi Ibu, tapi aku nggak menyalahkan juga mengingat sampai sebelum hamil aku
orangnya hip hip hura banget, bahkan disangka belum menikah karena aku memang
hampir nggak pernah mengekspos kehidupan rumah tanggaku di sosial media.
Selain bahagia, perasaan lain yang aku rasakan adalah lebih
memiliki tanggung jawab kayanya ya. Karena aku ingin yang terbaik buat anakku.
Contoh, aku menghindari makanan mentah seperti telur setengah matang dan daging
medium rare juga sashimi yang aku doyaaaan banget. Dan juga indomie. Walaupun
susah banget setengah mati menahan rasa ingin tapi tetap aku tahan. Dan aku
juga bersyukur nggak sampai mual muntah parah. Hanya sampai di mual aja sampai
kehamilan 3 bulan, setelah itu alhamdulillah aman. Termasuk soal mengidam juga
masih termasuk wajar.
Nah berhubung kehamilanku udah menuju trimester ketiga, aku
udah mulai browsing dan hunting perlengkapan bayi untuk persiapan melahirkan bayi, yang
sekiranya akan dipakai disaat anakku lahir. Salah satunya adalah Baby Diapers.
Menurut aku, baby diapers penting untuk dipikirkan dari sekarang soalnya
kehidupan newborn akan sangat berhubungan dengan baby diapers kan. Termasuk
saat baru lahir, kulit baby masih sangat sensitif. Karena, lapisan kulit pada
bayi baru lahir hanya setengah daripada kulit pada umumnya. Terutama bagian
pusar atau navel yang saat baru puput harus dirawat dengan baik agar tidak
terjadi infeksi dan alergi pada bayi baru lahir.
\
Jadi tentu saja, aku ingin memberikan baby diapers yang
terbaik yang bisa mengakomodir kebutuhan newborn baby. Setelah aku browsing dan
milih- milih sana sini, aku memutuskan mau mencoba Baby Diapers dari MamyPoko,
yaitu MamyPoko Royal Soft Newborn.
MamyPoko meluncurkan produknya di Indonesia sejak tahun
2000, dan menjadi nomor satu di kategori baby diaper hingga sekarang. MamyPoko
menjadi merek baby diaper pertama yang memiliki porforasi untuk mengurangi
sentuhan (popok dapat dilepaskan dalam posisi telungkup).
Dan popok MamyPoko Royal
Soft Newborn awalnya memiliki nama
MamyPoko Extra Soft (2019) sebelum akhirnya dirubah menjadi Royal Soft Newborn. Dari hasil yang aku baca dan aku coba sendiri, MamyPoko
Royal Soft Newborn memiliki keunggulan
sebagai berikut :
- Bagian dalam dan luar popok , MamyPoko Royal Soft Newborn sangat lembut jadi cocok buat newborn baby
- MamyPoko Royal Soft Newborn memiliki Air Circulation sangat baik,
dan bisa menyerap dengan cepat
- MamyPoko Royal Soft Newborn memiliki Navel Cut yang sangat penting untuk menjaga bagian pusar bayi yang baru puput agar aman dari alergi maupun infeksi, dan juga mengurangi ruam popok pada bayi
Pokonya, Baby Diapers dari , MamyPoko Royal Soft Newborn ini sangat cocok banget dengan
slogannya, yaitu Buktikan Cinta Ibu dengan kelembutan nomer 1. Karena dengan
segala kelembutan dan cinta dari seorang ibu, sudah diwakilkan dengan hadirnya
baby diapers dari MamyPoko ini.
Untuk kalian yang mau buktikan cinta ibu dengan kelembutan
nomer 1, bisa ikut beli MamyPoko Royal Soft melalui melalui link ini:
Lazada
Shopee
Dan jangan lupa cek website MamyPoko juga disini untuk
update terbarunya :
Selamat ya Kak Tasya.
ReplyDeleteSemoga diberi kesehatan dan kelancaran saat melahirkan, ibu dan bayinya sehat.
Turut berduka cita ya mba, dengan meninggalnya adik kamu.
Selamat Kak Tasya, story telling bgt, terharu
ReplyDeleteSelamat, mbak.. semoga selalu diberikan kesehatan ibu dan bayi nya ❤️😊
ReplyDeleteNimbun diaper yang banyak kak...
ReplyDeleteSelamat ya Tasya, semoga kehamilannya lancar dan proses persalinannya jg nanti berjalan dgn lancar :)
ReplyDelete